Pagi ceria, di sudut jalan sudah nampak Mak Anih sedang berjalan mondar-mandir membawa sapu butut berikut pengki yang terbelah ujungnya. Tiba- tiba muncul Bu Darni sambil menjinjing belanjaan, rupanya Bu Darni baru kembali dari warung Bu Yani.
"Assalamualaikum Bu Darni cantik.." sapa Mak Anih penuh senyum.
" Waalaikumsalam Makk..rajin sekali mak, pagi-pagi sudah menyapu jalanan.." sambut Bu Darni.
" Iya dong, jalanan kalau ngga disapu, kotornya minta ampun dach...orang lewat jalan umum kadang ngga mikir ya, lempar sampah gampang banget, kan harus dibersihkan setiap hari" Mak Anih kelihatannya agak mengeluh.
" Mak Anih hebat, masih bisa mikirin kebersihan jalanan...kalau saya, boro-boro mikir yang di luar rumah, yang di dalam saja berantakan, berantakan seperti hati yang punya rumah.." Bu Darni terlihat sedih.
"Hah, memang kenapa lagi? Apakah suamimu mulai bikin masalah lagi ? "
" yach..begitulah mak.."
Sudah setahun ini, Bu Darni dilanda musibah, musibah yang sedang viral dimana-mana. Bu Darni seorang istri yang masih berusia 30 tahun, masih muda dan cantik luar biasa, bisa juga terkena sindrom penyakit keluarga yang viral ini. Bagaimana mungkin tidak menjadi viral, penyakit ini sudah menjadi pandemi dimana-mana. Pengamatan Mak Anih benar adanya, di banyak tempat ..hampir banyak keluarga muda mengalami ini, mengalami sindrom penyakit "selingkuh". Terkadang Mak Anih sangat keheranan dengan gejala alam ini, Mak Anih sungguh tak menyadari kalau pengaruh media sosial sudah menyusup hampir keseluruh rumah-rumah di dunia nyata ini. Mak Anih tidak mengerti kalau gelombang internetlah yang membuat kocar-kacir hubungan silakhturahmi diantara sesama manusia,diantara sesama suami dengan istri, bahkan membuat hubungan tanpa batas diantara suami dengan perempuan lain yang bukan muhrimnya...Astaghfirullah.
Bu Darni mulai terlihat menahan tangis, tapi ia tahu bahwa mereka sedang berbincang di jalanan depan rumah Mak Anih. Mak Anih adalah tetangga terdekat Bu Darni dan juga menjadi tempat curhatan hati Bu Darni.
" Saya bingung Mak, harus dengan cara bagaimana lagi untuk menyadarkan suami, tadi malam dia pulang larut malam diantar oleh seorang perempuan muda" cerita Bu Darni
" Perempuan muda?" Mak Anih tercengang.
" Ya, dia bilang..kalau dia adalah istri simpanan suami saya" Bu Darni terlihat setengah menangis.
" Istri simpanan ? Jadi selama ini betul, kecurigaan kamu terhadap suamimu ?" Bu Darni mengangguk perlahan.
" Ya Allah...ampunnn. Koq jadi begini jadinya..." Mak Anih beristighfar panjang-panjang.
Mak Anih ,memang dalam bulan-bulan belakangan ini, tidak sampai setahun penuh ,selalu menyaksikan keributan kecil antara pasangan suami- istri sebelah rumahnya. Bu Darni selalu melampiaskan kekesalannya tentang Pak Martono suaminya, dengan cara mengeluarkan unek-uneknya kepada Mak Anih tetangganya. Ternyata kenyataan yang dihadapi Mak Anih bukan cerita sinetron di TV ataupun cerita serial drakor yang membanjiri televisi di Indonesia,namun ini adalah kenyataan hidup, keadaan real yang benar-benar terjadi, Ya Tuhan..Mak Anih menghela napas panjang.
Akhir-akhir ini begitu dasyatnya berita mengenai perselingkuhan dalam rumah tangga, entah itu suami yang berselingkuh ataupun istri yang berselingkuh, rupanya ini sudah menjadi trend di kalangan orang kebanyakan. Ternyata banyak juga ya kalangan yang mencari kebahagiaan melalui cara-cara di luar jalur yang normal, Mak Anih cuma bisa geleng-geleng kepala.Mengapa ini harus menjadi trending dunia, Mak Anih menjadi keheranan, seratus persen heran. Bukankah manusia kebanyakan diantara orang-orang yang sudah berumah tangga mengetahui betapa risiko yang akan terjadi bila sebuah perselingkuhan dilakukan. Mak Anih makin bingung memikirkannya. Bagaimana mungkin kebahagiaan dikejar dengan cara yang rumit...
iklan
Menjelang malam, setelah waktu isya, Mak Anih masih menanti kedatangan Bu Darni, dia membuka kalam-kalam ilahi sambil sesekali mendalami maksud yang termaktub.....
".......
ثُمَّ لَـتُسْئَـلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيْمِ
kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).
(QS. At-Takasur 102: Ayat 8)...."
Tiba-tiba terdengar pintu diketuk, tok! tok! tok!
Bergegas Mak Anih beranjak membuka pintu, di hadapannya sudah berdiri Bu Darni dengan wajah berkemelut masalah.
"Assalamualaikum Mak.."
"Waalaikumsalam Warahmatullah..Ayo silahkan duduk Bu Darni"
"Maaf Mak, apakah saya mengganggu kalau berkunjung malam-malam begini, saya ingin curhat ke Emak, saya ingin berbagi cerita drama rumah tangga saya yang ngga kunjung kelar" Bu Dinar mulai membuka episode awal rumah tangganya, rupanya ia mulai tak tahan dengan masalah kehidupannya, terkadang manusia memang membutuhkan tempat curhatan hati agar permasalahan yang kita hadapi tidak sekaligus meledak tiba-tiba sehingga menghancurkan hati menjadi berkeping-keping. Karena kalau hati sudah berkeping-keping, sungguh sangat sulit untuk menyatukan kembali, bagaikan gelas kaca yang sudah retak,tak kan mudah lagi untuk kembali seperti semula.
"Oke, ceritakanlah semuanya, semoga Mak bisa memberi solusi atau minimal kamu bisa melepaskan bebanmu terhadap masalah ini",
Belum juga mulai bercerita, Bu Dar mulai menangis tersedu-sedu. Sesudah tangisannya selesai, Bu Dar menceritakan kronologis kejadiannya, dimana suaminya itu sudah melakukan nikah siri dengan perempuan yang jauh lebih muda usianya ,juga tidak terlalu cantik,bahkan menurut pandangan Bu Dar..madunya itu terlihat tidak memiliki daya pikat untuk ukuran seorang perempuan umumnya. Padahal menurut ukuran Mak Anih, Bu Dar itu termasuk istri yang molek dan menarik hati setiap hati lelaki yang menatapnya.
"Ngga masuk di akal..." gumam Mak Anih.
"Wah..wah.., barangkali istri siri suamimu menggunakan sihir untuk memikat Pak Martono" sela Mak Anih.
"Apakah ada hal-hal aneh selama ini yang terjadi di rumahmu?" tanya Mak Anih.
"Mmmm...memang ada yang aneh-aneh, Mak !" Bu Dar mulai tenang setelah menghentikan tangisnya.
"Misalnya ?" tanya Mak Anih.
"Pernah suatu hari, ketika saya akan masuk ke toilet, tiba-tiba..seekor ular belang menggeliat di dekat lubang saluran air yang sulit dimasuki oleh binatang seperti ular, karena saya kaget luar biasa, ular itu saya pukul sebisa mungkin sampai mati dengan palu."
"Alhamdulilah, untung ular itu mati! " ujar Mak Anih.
" Pernah juga Mak, ngga ada hujan..ngga ada angin yang lewat, tiba-tiba saja gelas yang ada di atas sebuah meja,menggelinding sendiri lalu...prank!!...jatuh ke lantai tanpa sebab , kan aneh begitu Mak !"
"Namun, apakah peristiwa itu membuatmu takut?"
" yaa...ngga juga sih..Mak." jawaban Bu Dar santai saja.
" Mungkin karena keseringan kali ya..saya ngga menghubungkan semua kejadian dengan kejadian santet atau sihir yang dikirim."
" Ya, jelas kalau sihir, pasti dikirim oleh dukun, dan dukun bekerja karena disuruh oleh pemesannya" jelas Mak Anih.
"O gitu ya Mak, pantas beberapa hari lalu, sebidang plafon atap rumah hampir saja menimpa kepala saya. Bahkan ketika saya mengendarai motor dijalan ... di jembatan sungai dekat komplek,eee tiba-tiba stang motor koq mau menabrak pagar jembatan,kayak ada yang mengendalikan lho Mak.."
" Tuh kan, ada yang menginginkan kamu celaka, makanya jangan tinggalkan dzikir ya.." Bu Dar agak terlihat linglung namun segera mengangguk perlahan. Dunia memang begitu, ada orang baik, ada juga orang jahat, manusia memang ditakdirkan dengan keadaannya bersama sang iblis yang berusaha mencelakakan manusia, semua sudah tersirat dalam kalam Tuhan.
"Tapi Mak, kita ngga boleh suudzon juga toh?"
"Ya betul. Hatimu sangat bersih, makanya santet tidak bisa mencelakakanmu, namun kau tetap harus waspada, juga harus berhati-hati disemua kondisi", Bu Dar mengangguk perlahan kembali.
"..lalu apa saran Mak, jika suamiku memang tidak bisa melepaskan istri mudanya?"
"Apakah Bu Dar bisa bahagia dengan kondisimu? Ataukah merasa tertekan?" tanya Mak Anih.
"Bagaimana mungkin saya bisa bahagia Mak...sementara suami seolah menyimpan duri dalam lipatan?"
"Sebetulnya kalau kamu iklas dengan keadaanmu, ya...pertahankan saja rumah tanggamu. Tapi, kalau kamu merasa tidak akan mampu menerima kenyataan pahit ini, ya...bercerai adalah jalan terbaik.."
"Bercerai ya Mak?" Bu Dar menyahut dengan lemah hampir tak terdengar.
"Ya, bercerai !" seru Mak Anih tegas.
"Bukankah perceraian itu dibenci oleh Allah?" sela Bu Dar.
"Ya betul, namun kebahagiaan harus diperjuangkan juga toh".
Agak terpaku Bu Dar mendengar kata-kata Mak Anih, sebuah keputusan yang amat berat dan akan menjadi penyesalan dimasa mendatang. Belum lagi risiko yang harus ditanggung oleh Bu Dar, bila perceraian terjadi...maka ia harus bekerja sebagai single parents,ia harus menghidupi dirinya dan juga anaknya yang semata wayang. Bukankah bila mempertahankan biduk rumah tangganya,ekonomi keluarga akan ditanggung oleh suaminya yang lumayan punya penghasilan tetap.Namun Bu Dar merasa benar-benar tidak ikhlas dengan hadirnya pelakor diantara ia dan suaminya.
"Apakah kamu tidak yakin dengan rejekimu bila bercerai?" Mak Anih sudah menduga pikiran Bu Dar.
" Itulah Mak..,apakah aku sanggup menjadi tulang punggung keluarga?"
"Insya Allah, setiap orang sudah ada suratan rejekinya.." Mak Anih menjawab dengan yakin.
"Bila kebahagiaan yang kau cari..ngga usah dibuat rumit. Putuskan saja apa yang kau ingin putuskan. Setiap orang berhak bahagia", Mak Anih tersenyum penuh damai.
Ternyata bahagia itu sederhana.
Catatan kecil: carilah kebahagiaan melalui diri sendiri..jangan seperti banyak kasus ..didunia nyata...dan juga di dunia para comedian