Di hotel melati
Pagi ini ada yang tak lazim. Bunga phalaenopsis amabilis yang selalu bersemayam entah dimana, menyeruak menyelimuti halaman hotel pagi ini. Warnanya yang ungu seronok sebenarnya menjadi pandangan yang biasa-biasa saja buat seorang pelakor muda yang terlihat kerèn ini. Ya, pelakor yang tidak begitu cantik ini namun menyandang dosen penuh prestise di kampusnya, sungguh sangat menyebalkan untuk aku pandang di dalam episode dunia dejavuku. Walau apapun kesalahan kecil sudah tidak bercokol dalam benak sanubarinya, batu hitam besar sekalipun akan di tembusnya dengan menghantamnya menggunakan palu gada hasil sepuhan dukun santet asli dari Jogya...masya Allah. Aku masih menatap mood orchid penuh pesona sambil hati ini menatap penuh emosi pada sang pelakor. Kujalani ritme-ritme dejavu ini, guncangan dan aroma sindromnya tidak beda kalau kita sedang menonton film inception, kala itu inception membahas petualangan sang pencuri pikiran, kali ini inception membahas petualangan sang pencuri hati suami. Aku paham, ini bagian yang paling viral dalam kehidupan para emak-emak yang sedang patah hati. Aku saat sekarang sedang berada dalam sebuah proyek besar, proyek menyelidiki sang pelakor, seorang wanita muda, status janda dengan dua anak kembar, pas banget !
Hamparan bunga anggrek ungu dan putih menghiasi pandanganku sekarang , kelupasan cat kemerahan mengotori koridor depan pintu kamar hotel suamiku, ia bersama sang pelakor yang semua orang memanggilnya dengan sebutan Neng Yanthi, baru saja masuk ke dalam kamar hotel setelah menikmati udara pagi sambil melemparkan pandangan ke seluruh penjuru dari tempat mereka berpijak. Aku yakin, mereka selalu waspada, jangan-jangan ada sepasang mata menatap mereka lalu melaporkan semua kejadian kepada aku.
"Ayolah, kita istirahat di dalam saja, jangan berlama-lama diluar" celetuk Bang Rino,suamiku, sambil merangkul lingkaran pundak Neng Yanthi, lalu menariknya segera ke dalam kamar. Sudah semalaman mereka disitu sejak mendarat dari Kuala Lumpur untuk mengikuti seminar seminggu dikampus cukup terkenal di kota itu. Lha koq bisa ? ya bisa...mereka sedang merayakan kemenangan dengan gaya mereka.
Segala sesuatunya telah disiapkan. Kupandangi sekitaranku. Mengapa aku bisa sampai ditempat seperti ini ? Disebuah hotel kelas melati, tidak jauh dari bandara, ya koq bisa aku menemukannya.
Karena aku telah lama kehilangan buku catatan nikah atas nama milik suamiku. Buku itu hilang ditelan lautan luas, bukan lagi di bumi. Bumi sudah kugali sedalam-dalamnya namun kabar mengatakan buku catatan itu berada dilautan lepas, entah dibagian mana. Kabar mengatakan pula, aku tak perlu mencarinya, lepaskan, dia sudah berganti nama, ya namaku berganti menjadi Neng Yanthi pada buku catatan nikah itu. aku melihatnya sendiri ketika Custumer Service hotel memperlihatkan padaku. Jadi yang selama ini dikatakan Bang Rino jika ia selalu menjalani tugas kampus mengikuti seminar di dalam dan di luar negri atau mendapat jatah beasiswa ke luar , begitulah semua hanya alibi demi merayakan kesenangan sesaat di dunia. Mereka tidak menikah resmi, juga tidak menikah siri, akh yang benar saja ? Suerr..pasti banyak kalangan menyangsikan sesuatu yang nista, lalu bagaimana dengan bukti fisik surat nikah dengan label foto Neng Yanthi? Yah...jaman digital sekarang ,mudah mengantarkan cinta yang menggelora meski hari penuh aral tanpa lindungan Allah SWT.
Mampukah aku menahan amarah,menghadang kesedihan,bahkan menyibak keputus-asaan,menggantikan belahan jiwaku yang direnggut oleh sang durjana? Perlahan kubuka lembaran-lembaran suci, cengkraman ayat mengeluarkan sensasi dingin,hatiku menjadi beku, hawa dingin menyusup bak gerakan siput perlahan menghantui nalarku, ayat-ayat itu sudah menghujam dalam,sakit sekali.......
"Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian; dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman". Sekejap saja, tafsiran kalam itu membuat jiwa dan raga ini terhenjak, ya Allah...adakah cara menahan beban berat ini?
Jadi sudah lebih dari lima tahun, Bang Rino mengelabui aku dan anak-anak, sudah selama itu ia bermain dengan janda efek cerai itu,entah karena suka atau karena terjebak dunia kampus yang semakin bebas dimasa kini. Bayangkan saja, Neng Yanthi adalah sosok dosen perempuan yang pintar, luwes bergaul, bahkan seronoknya berpakaian selalu memperlihatkan belahan dada, semburatnya akan menarik tatapan laki-laki ditambah rayuan lemah lembut nada bicaranya menjadi kunci sukses dia bermain dengan kebanyakan laki-laki. Dalam dunia dejavuku dia perokok berat,suka memuas-muas diri dengan gaya selebriti, walau kuselidiki dia tidak mampu menjalankan misinya sebagai wanita idaman. Dua anak kembarnya selalu dijadikan umpan untuk memoroti setiap laki-laki yang diincarnya. Wajar sekali, tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal bermaksiat kepada Khaliq, justru kasus pada perempuan satu ini bagai anomali yang menohok hampir semua perempuan normal. Neng Yanthi berkata dia sebal dengan suaminya yang bekerja serabutan di sebuah mall besar dikotanya, hanya karena sebal begitu dia sanggup menceraikan suaminya, dengan gagahnya Neng Yanthi berhasil hidup dan menghidupi dua anaknya sendirian saja. Toh tak seberapa lama, rontok juga semangat mandirinya. Dia butuh teman tempat berkeluh-kesah,teman yang menghapus semua kegalauan hatinya. Secepat angin menerpa semua sendi kehidupan, sesingkat debu menutupi wajahku, tamparan yang keras, Bang Rino...sekarang sudah dalam cengkeraman perempuan laknat itu. Uih, aku katakan laknat, karena dia sudah menutup semua pintu hati kami. Semua di rumahku merasakan sakitnya ditipu dan diremehkan oleh seorang bapak yang seharusnya menjadi teladan di kehidupan kami. Bahkan anak perempuan bungsuku jatuh sakit, sakit parah yang tidak memberi peluang kesembuhan, kesedihan yang menghujam cukup membuatnya jatuh di kedalaman, aku merasakan hidupnya tak ada semangat. Kelak, dikehidupan masa depanku, anakku pergi meninggalkan dunia fana ini, efek dari kekacauan yang ditimbulkan si Neng Yanthi. Dasar perempuan pembawa sial.
Bunga phalaenopsis amabilis ungunya masih merona, kuberanikan diri mengetuk pintu kamar hotel kelas melati ini.
Tok ! Tok ! Tok ! masih sepi, malah tambah sunyi.
Kuberanikan lagi mengetuk pintu kamar hotel kelas melati ini.
Tok ! Tok ! Tok ! masih sepi juga, malah tambah sepi juga.
Entah apa yang ada dalam benak kedua sejoli yang terpergok di dalam kamar. Kutebak saja... Begitu mendengar suara ketukan, Neng Yanthi dan Bang Rino kagetnya luar biasa, ada apa pula orang mengetuk pintu selesai acara sarapan, Bang Rino membuka pintu. Sekejap pula kembali ditutupnya pintu sambil memberi isyarat kepada Neng Yanthi, ditepisnya tubuh perempuan itu,
" Istriku datang..., sembunyi, cepat sembunyi ! "
" Hah, istrimu ? "
" Iya ! ayo sembunyi di toilet, cepat ! "
Enaknya dua makhluk tak tahu diuntung ini ,harus ku apakan ya? Beruntung aku lupa membawa pisau, atau golok, atau silet, atau apa lah yang bisa dijadikan alat melampiaskan amarah durjanaku. Selintas anggrek bulan ungu tadi mengilhami sebuah renungan, ayolah ! kita diperintahkan untuk menebarkan salam, jangan lupa untuk menyampaikan salam !
" Assalammualaikum, Bang. Apakabarnya? "
" Mau ngapain kamu ke sini, siapa yang memberi tahu aku ada disini ?
" Eh, bukannya menjawab salamku, malah ngambeg ngga jelas..." selaku.
" Apa maksudnya kamu kesini? "
" Suka-suka dong...dengan siapa Abang disini ?"
" Sendiri saja"
" Sendiri, koq itu ada sepatu cewek..." sudut pandangku kuarahkan pada sepatu sandal warna pink di pojok kamar. Keributan tidak terelakkan. Wajah Bang Rino pucat pasi,panik yang luar biasa membuatnya mendorong tubuhku keluar kamar, aku terjatuh, semua terlihat gelap. Penglihatanku perlahan memudar, namun lengan kaku ini dengan sigap menahan beban tubuhku. Aku terjatuh namun ditahan seorang satpam, rupanya pihak hotel sudah mengindikasikan sesuatu bakal terjadi.
" Ibu siapa ? Ada yang bisa saya bantu ? " sela pak Satpam.
" Saya istrinya bapak yang ada dikamar no 5 ini " telunjukku menghadap pintu kamar.
" Ohhh...bapak Rino ini dari kemaren sudah bermalam bersama istrinya,apakah ibu istri tuanya ? Maaf ya bu, sebaiknya ibu menghindar dulu dari sini, kuatir tamu lain komplain kepada kami " dengan kalemnya Pak Satpam menjulurkan tangan mengajakku, kutepis tanpa ragu ajakannya. Rupanya wajahku tidak bisa menutupi usia tuaku.
" Ya, sebaiknya kamu pulang saja, nanti kita bicarakan masalahnya di rumah , sayang..." suamiku menyela pula. "Sayang, sayang, sayang...beraninya kau menyebut kata sayang, sambil memelihara pelakor dibelakangku", teriak kerasku tapi dalam hati.
Dejavuku terus mengembara, suamiku kembali kekamar hotel, sang pelakor keluar dari persembunyiannya.
" Kaget sekali aku, dapat info darimana perempuan tua itu bisa sampai kemari ?" desahnya sambil berasa lega banget. Neng Yanthi tampak pasang wajah puas didepan suamiku.
" Pasti info dari si Putri, anak ini memang sangat mencurigaiku baru-baru ini"
" Koq, bisa. Memang bagaimana kejadiannya? " tanya Neng Yanthi, gaya bertanyanya sudah mirip pemeran pelakor di film-film drakor yang disiarkan di Trans TV. Mungkin saja dia terinspirasi menjadi pelakor akibat terlalu banyak menonton drama Korea. Payah juga itu film."
"...kamu ingat ngga, sewaktu kita sedang main disebuah hotel di Jogya?"
" Ya, memang kenapa ? "
" Foto-fotomu yang dikamera tanpa sengaja dilihat oleh Putri"
" Masa iya sih...masalahnya apa?"
" Masalahnya...maaf, saat difoto, kamu tanpa busana.."
" Hah.. tanpa busana????"
" Begitu.."
Gubrak!! brak...brak, tiba-tiba saja Neng Yanthi, menjatuhkan diri,dan menangis sejadi-jadinya.
Dari kejauhan terdengar lantunan ayat suci dari sebuah mesjid ,sayup terdengar di hotel , menyusup jauh kesanubari Bang Rino,bahkan aneh sekali, saat itu Bang Rino mampu memahaminya...." Hai, orang-orang yang beriman,peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.."
(bersambung)
No comments:
Post a Comment